SITU PATENGAN
Situ Patengan adalah sebuah danau di daerah Ciwidey, kabupaten Bandung, propensi Jawa Barat, Indonesia.
Berdasarkan informasi yang berkembang di masyarakat setempat, di sebutkan bahwa situ merupakan istilah bahasa sunda yang memiliki arti telaga/danau dan patengan juga berasal dari bahasa sunda, pateang-teangan yang berarti saling mencari.
Konon istilah Situ Patengan berasal dari cerita kejadian di masa lalu yang mengisahkan tentang kisah cinta dua insan manusia yang bernama Dewi Rengganis dan Prabu Kian Santang. Dikisahkan bahwa pada masa pemerintahan Kerajaan Siliwangi, hiduplah sepasang suami istri yang bernama Prabu Kian Santang dan Dewi Rengganis. Di sebutkan pula bahwa Prabu Kian Santang merupakan salah satu anggota keluarga Kerajaan Siliwangi, sedangkan Dewi Rengganis adalah seorang wanita rakyat jelata yang memiliki kecantikan tiada tara. Kisah-kasih kehidupan sehari hari mereka selalu di penuhi dengan cinta dan kasih sayang, hingga suatu ketika kehidupan rumah tangga mereka mendapat cobaan di mana Prabu Kian Santang di beri tugas oleh kerajaan untuk menumpas pemberontakan yang sedang mengancam keberadaan Kerajaan Siliwangi. Dengan ketegaraan hati dan keiklasan yang besar, maka Dewi Rengganis mengantar keberangkatan suaminya ke medan perang. Sebelum berpisah mereka berdua berjanji untuk saling setia mempertahankan mahligai cinta mereka. Perpisahan memang menyakitkan namun sang prabu sebelum berangkat menitipkan sang putri kepada kedua sahabatnya yaitu Sanopati Layung yang saat ini diyakini oleh masyarakat setempat sebagai si Layung ikan yang besar bila berada di dalam air dan berwujud Mencek (Rusa) bila ada di darat dan Sanopati Agor yang berwujud anjing yang saat ini diyakini pula hewan tersebut berkepala manusia dan bertubuh anjing, biasa dipanggil Aul.
Hari berganti hari minggu bulan dan tahun telah berganti, penantian Dewi Rengganis tak kunjung tiba sampai akhirnya pada suatu hari Dewi Rengganis mendapat wangsit bahwa dirinya harus bertapa di hutan agar dapat bertemu dengan kekasihnya, yaitu di sebuah batu yang saat ini dikenal oleh masyarakat setempat dengan sebutan Batu Cinta. Setelah waktu berlalu beberapa tahun akhirnya selesai tugas Prabu Kian Santang dan ia pulang. Namun sesampainya di rumah ia tidak mendapati Dewi Rengganis istrinya dan sahabatnya, lalu ia mencari kesana-kemari sampai akhirnya ia bertemu dengan Senopati Layung dan Senopati Agor dan mereka memberitahukan keberadaan Dewi Rengganis. Namun pada waktu Raden Kian Santang mencari ke tempat yang di tunjukkan oleh sahabatnya, Dewi rengganis tidak ada disitu. Ditempat lain Dewi Rengganis bertemu dengan mereka dan mereka memberitahukan bahwa Raden Kian Santang sudah pulang dan sedang mencarinya. Maka dengan tergesa-gesa Dewi Rengganis pergi untuk menjumpai Raden Kian Santang, suamuinya itu. Tapi ternyata Raden Kian Santang telah meninggalkan tempat itu. Maka mereka saling mencari ( Pateang-teangan ) dan ahkirnya mereka bertemu di sebuah batu. Raden Kian Santang dan Dewi Rengganis saling berpelukan, dewi Rengganis menangis tersedu-sedu karena rindunya. Tak terasa air mata Dewi rengganis menggenangi tempat itu yang membentuk sebuah Danau. Karena itulah maka Danau ini dinamakan Danau ( Situ ) Patengan ( saling mencari ) dan batu tempat mereka berdiri dinamakan batu Cinta yang letaknya di tengah Danau.
Demikian kisah dari Situ Patengan.
bagus kak artikelnya tentang batu cinta, saya
ReplyDeletepernah mendengar cerita batu cinta yang memang
unik sih seperti film film korea padahal memang asli ada di jawa, oiya kak bener
gak sih batu cinta itu ada aku pernah membaca
disini sepertinya memang benar benar ada deh
MustikaCinta.com
Thanks infonya http://bit.ly/2LQOByC
ReplyDelete